Jumat, 14 Mei 2010

The Story of My Family




            Ini adalah kisah  keluargaku. Ibuku adalah seorang Ibu Rumah Tangga dengan memiliki dua orang putra yang keduanya cakep cakep yaitu aku dan adikku. Ibuku dilahirkan di kalangan lingkungan keluarga yang kurang beruntung. Umur beberapa bulan, ayahnya meninggal dunia. Ibuku dirawat dan di besarkan oleh Ibu dan Kakak-kakak nya. Ibuku di sekolah kan hingga tamat SMEA. Kelas II SMEA Ibuku bertemu dengan seorang laki-laki yang kini menjadi Suaminya sekaligus menjadi Ayahku.
            Sejak pertama menikah Ayahku tdak pernah menyusahkan kedua Oramg Tuanya. Ayahku termasuk orang yang mandiri dan mempunyai kepribadian yang luar biasa. Setelah dua bulan menikah, Ibuku di karuniai seorang putra. Dia putih, lucu, badan nya tegap dan mempunyai hidung yang bagus.
Ibu merawat ku dengan penuh kasih sayang. Dan Ayahku terus berjuang memberikan nafkah supaya kebutuhan kami semua terpenuhi. Walaupun gaji ayahku sangat minim, tapi Ayah ku mempunyai inisiatif untuk mencari usaha di bidang yang lain dengan cara jual-beli burung ocehan yang harganya melambung tinggi. Keluarga kami lumayan bahagia, Ibuku bisa menabung sedikit demi sedikit yaaa walaupun uang yang di tabung oleh Ibu sisa dari kebutuhan sehari-hari keluargaku.
Aku kian hari bertambah besar, aku mempunyai hobby makan es krim sampai-sampai aku mempunyai tukang es krim langganan. Kalaupun aku sakit, Ibu dan Ayahku membawaku ke Doktor Victor yang menjadi doctor langgananku.
Ibu dan Ayahku menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kesabaran dan keyakinan bahwa “inilah hidup kami”. Rumah tangga keluargaku cukup adem ayem, tak pernah ada keributan yang besar, karena Ibu dan Ayahku sama-sama pengertian, memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Umurku bertambah dan jelas kebutuhan ku pun bertambah banyak. Ibu menyekolahkan ku di TK. Setiap hari Ibu mengantar dan menjemputku ke sekolah, karena aku termasuk anak yang pemalu dan tidak banyak tingkah. Aku juga termasuk anak yang penurut, lumayan cerdas dan tidak pernah ada kenakalan.
Umur 6 tahun kurang, aku di sunat. Karena itu adalah keinginanku sendiri. Walaupun waktu itu belum siap dan tidak mempunyai uang, tapi Ibuku memenuhi keinginanku ya meskipun tidak dirayakan dengan meriah. Ibuku merasa bahagia karena sebentar lagi aku masuk Sekolah Dasar dan aku sudah bersih dan siap untuk menjadi seorang muslim.
Seperti biasanya Ibu mengantar dan menjemputku sekolah. Hal ini Ibu lakukan dengan sabar karena Ibuku mempunyai keinginan supaya aku bisa pintar dan ada kemajuan untuk bekal hidup ku di masa yang akan datang.
Ketika kelas 1 SD, aku mempunyai adik yang lumayan jauh jaraknya. Ibu melahirkan seorang putra lagi. Dia diberi nama RIZKY WILIANTO DWI PUTRA. Ibuku sangat bahagia dan bangga mempunyai 2 anak laki-laki. Ibuku mengharapkan aku dan adikku untuk bisa membelanya di saat ibu ada keributan dengan Ayahku. Dan Ibu berharap pula aku dan adikku menjadi anak-anak yang tangguh, mempunyai rasa tanggung jawab, jujur, berbakti kepada yang Maha Kuasa, berbakti kepada Orang Tua, bisa menjungjung nama baik keluargaku dan diberi kesehatan yang luar biasa.
Anak Ibuku yang No.1 yaitu aku lumayan pintar di Sekolah Dasarnya. Dari kelas I sampai kelas VI aku mendapatkan rangking terus. Ya lumayan masuk 10 besar . hehe. Aku juga pernah mengharumkan nama baik sekolah di bidang Lomba Baca Puisi Sunda antar sekolah seTasikmalaya walaupun cuman juara 2 sih. Di lingkungan rumah juga di sekolah agama juga lumayan cerdas. Aku sering mendapat hadiah dari lomba-lomba yang diadakan di TPA. Dan aku termasuk anak yang bersih.
Hari demi hari Ibuku menjalani walau terkadang dari kerikil-kerikil kecil antara Ibu dan Ayahku lagi Ibu menghadapinya dengan penuh kesabaran dan Ibu selalu mengalah.
Seiring berjalan nya waktu, Adikku pun tumbuh dengan cepat, karena dia orang nya tinggi, tapi badannya kurus. Aku dan Adikku lincah-lincah dan sehat-sehat. Menginjak aku masuk Sekolah Menengah Atas, Ibuku selalu sedih, bingung dan katinya tak karuan. Karena Ibu dan Ayahku tidak mempunyai uang untuk menyekolahkan ku. Tapi Ibuku masih mempunyai Ibunya yang selalu menasehatinya, agar Ibu pasrah dan bersabar. Dan benar sekali adik dari Ayahku menyumbang uang untuk menambahkan biaya masuk sekolahku. Ibu selalu bersyukur atas nikmat yang setiap saat diberikan oleh yang Diatas. Walaupun bertahap, kebingungan Ibuku terjawab karena hampir setiap tengah malam Ibuku berdo’a agar Ayahku diberi jalan kemudahan dalam mencari nafkah. Ayahku di pindahkan dari wartel ke hotel. Ya lumayan setiap hari dapat uang tip’s dari para tamu hotel. Ibuku menyadari bahwa betapa beratnya menjalani hidup ini. Terkadang timbul rasa prustasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar